Meriam Kiamuk merupakan meriam pertama yang dimiliki oleh kesultanan Banten yang berhasil
direbut dari pemerintah Belanda. Meriam tersebut berukuran berat sebesar 7 ton dan panjang meriam 3,4 meter. Meriam ini semula terletak di Karangantu, namun sekarang ditempatkan di pojok alun-alun depan keraton Surosowan. Dahulu watu gilang dipergunakan sebagai tempat melakukan pentasbihan sultan-sultan banten. Bentuknya segi empat dan permukaannya datar . Pelabuhan karangantu merupakan Pelabuhan tertua di Jawa yang tempo dulu banyak di datangi kapal-kapal Persia, Cina, Arab, Portugis, Inggris, dan Belanda yang mengadakan hubungan dagang dengan Kesultanan Banten. Meriam menjadi salah satu simbol kesultanan sehingga disegani bangsa-bangsa lain. Pada bagian badan meriam Ki Amuk, terdapat tiga buah tulisan Arab, dua diantaranya terbaca: “Aqibatul Choiri Salamatul Imani” yang merupakan candra sengkala yang menunjuk angka tahun saka 1450 (1528-1529M), tulisan Arab yang lain terbaca “La Fata Ila Ali La Ali Ila Dzulkifar” (tiada kemenangan tanpa Ali tiada Ali tanpa pedang Dzulfikar”).“Ki Amuk ada kemiripan dengan Meriam Ki Jagur yang sekarang berada di Museum Fattahillah Jakarta. Jadi kesimpulan pada video ini menjelaskan struktur suatu meriam Ki amuk pasangan dari meriam si Jagur.
direbut dari pemerintah Belanda. Meriam tersebut berukuran berat sebesar 7 ton dan panjang meriam 3,4 meter. Meriam ini semula terletak di Karangantu, namun sekarang ditempatkan di pojok alun-alun depan keraton Surosowan. Dahulu watu gilang dipergunakan sebagai tempat melakukan pentasbihan sultan-sultan banten. Bentuknya segi empat dan permukaannya datar . Pelabuhan karangantu merupakan Pelabuhan tertua di Jawa yang tempo dulu banyak di datangi kapal-kapal Persia, Cina, Arab, Portugis, Inggris, dan Belanda yang mengadakan hubungan dagang dengan Kesultanan Banten. Meriam menjadi salah satu simbol kesultanan sehingga disegani bangsa-bangsa lain. Pada bagian badan meriam Ki Amuk, terdapat tiga buah tulisan Arab, dua diantaranya terbaca: “Aqibatul Choiri Salamatul Imani” yang merupakan candra sengkala yang menunjuk angka tahun saka 1450 (1528-1529M), tulisan Arab yang lain terbaca “La Fata Ila Ali La Ali Ila Dzulkifar” (tiada kemenangan tanpa Ali tiada Ali tanpa pedang Dzulfikar”).“Ki Amuk ada kemiripan dengan Meriam Ki Jagur yang sekarang berada di Museum Fattahillah Jakarta. Jadi kesimpulan pada video ini menjelaskan struktur suatu meriam Ki amuk pasangan dari meriam si Jagur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar